Kelompok KKN Kebangsaan Desa Lebuh dari berbagai universitas negeri di Indonesia. Saya mengenakan jaket almamater Universitas Airlangga warna biru tua; posisi kedua dari kanan.

           Perkenalkan. Saya terlahir tanggal 11 Mei dua puluh satu tahun yang lalu, dengan nama Annisa Rochma Sari. Saya bersyukur atas tiga kata yang menyusun nama saya karena tidak perlu pening memikirkan penambahan atau pengurangan nama saat membuat paspor. Apa pasal paspor ini begitu penting? Saya hobi jalan-jalan, tetapi saya belum pernah merantau dari rumah orang tua saya di Tuwowo 3/15 Surabaya. Perjalanan yang saya tempuh banyak mengajarkan arti hidup sekaligus memberikan saya bekal kehidupan yang jarang saya dapatkan di bangku-bangku pendidikan formal.

            Sementara ini, Jepang merupakan negara terjauh yang pernah saya kunjungi. Dengan surat tugas beserta dana dari Departemen Sastra Inggris Universitas Airlangga, berangkatlah saya menunaikan tugas selama sepuluh hari di Jepang. Lagi-lagi saya belajar sembari melakukan perjalanan di berbagai situs sejarah Jepang pasca perang. Rasa optimis bangsa Jepang terhadap kekuatan bangsanya sendiri pun menginspirasi saya untuk percaya pada bangsa Indonesia. Sebagai perwujudannya, saya menulis karya berjudul “Nationalism of the Youth in Good News From Indonesia” untuk proyek skripsi. GNFI merepresentasikan kekuatan optimisme generasi muda Indonesia serta menjadi contoh gerakan inspiratif di tengah gempuran imaji negatif media terhadap kondisi sosial suatu bangsa. Tema optimisme membangun bangsa itulah yang membuat karya tersebut terpilih untuk dipresentasikan dalam konferensi ilmu sosial di Zaman University, Kamboja.

            Perjalanan berikutnya membawa saya ke Pulau Belat, Provinsi Kepulauan Riau, dalam rangka melaksanakan KKN Kebangsaan 2016. Selama 30 hari, saya ditakdirkan untuk hidup bersama 13 mahasiswa dari 12 universitas negeri di Indonesia. Melalui KKN Kebangsaan, semangat nasionalisme tumbuh beriringan dengan optimisme. Persatuan dan kekompakan kami dijaga oleh rasa nasionalisme, sementara optimisme menyetabilkan langkah kerja kami.

            Soekarno berkata bahwa cukup dengan 10 pemuda; ia akan mengguncang dunia. Saya bertekad menjadi bagian dari 10 pemuda tersebut dengan terus menyebarkan berita positif mengenai Indonesia melalui kegiatan magang di GNFI. Saya tidak ingin optimisme dan nasionalisme mati di tengah guncangan globalisasi yang begitu dahsyat di era ini.