Hari ini adalah hari Sabtu, dan seperti biasanya… Aku halaqah. Halaqah adalah model tarbiyah (salah satu sistem untuk menuntut ilmu Islam) secara berkelompok kepada seorang ustadzah di daerah Semolowaru. Sudah 3 tahun ini, aku ikut halaqah. Maka, agenda pekanan itu seakan jadi pengisi jiwa yang sewaktu-waktu rentan dan rapuh ini, bersama-sama mengingat Allah, akan kebesaranNya, akan segala nikmatNya.
Sebenarnya, aku ingin memfokuskan ke materinya saja. Dan, materi hari ini adalah tentang, hal-hal yang menghalangi kita dari mengenal Allah. Kemudian berlanjut pada sudah sejauh apa kita mengenal Allah? Apakah parameternya jika kita sudah mengenal Allah? Percayakah kita pada Allah?
Tiga pertanyaan yang langsung menjawab segala gundahku hari-hari terakhir ini.
Sudah sejauh apa kita mengenal Allah? Aku menjawab, selama aku kuliah -karena aku mendapatkan matkul filsafat-, aku mencoba mengenalnya melalui hal-hal akademis, yang memerlukan logika, berpikir, dan akal. Maka aku menemukan Allah. Stop.
Apakah parameternya jika kita sudah mengenal Allah? Aku menjawab, ketika ada sesuatu yang tidak pasti dan absurd, aku pun mulai mengafirmasi diriku, bahwa Allah telah melihat segala usahaku. Allah tak akan mungkin menyia-nyiakan kerja hamba yang beriman. Stop.
Percayakah kita pada Allah? Inilah sebenarnya, pertanyaan inti yang ditanyakan Murabbiyah (ustadzah). Di mana kita meletakkan Allah pada kehidupan kita? Sebatas otakkah? Di hatikah? Di perutkah? Di mulutkah? Atau pada setiap langkah, kita pasrahkan hidup kita padaNya? Dari sini, aku akhirnya mengerti. Allah belum ada di hati dan setiap langkahku. Aku masih menjabarkanNya dalam alam konsep. Padahal Dia nyata dan ada.
Dan kini, sebuah ujian langsung datang, ketika aku akan mengupload PKM. Websitenya error dan pending berkali-kali. Aku menebak-nebak berbagai sebab; tapi di ujung ini ketika aku menulis ini, aku berpikir, Allah sedang menyiapkan rencanaNya yang lain untukku. Sungguh, aku hanya perlu yakin bahwa Dia tak akan menyia-nyiakan usaha dan doa seseorang yang beriman. Pasti, Allah punya rencana itu. :’)