Wah, nggak kerasa ya, sudah akhir zaman?
Krisis mulai tampak di sana-sini; meskipun masih banyak orang yang shalat ketika adzan berkumandang, thawaf di Makkah, dan melakukan kebaikan-kebaikan atas nama Allah, biidznillah.
Dari banyak forum pengajian, -bahkan sejak kecil- aku sering mendengar para ustadz dan ustadzahku berkata, “Kelak, ketika kalian menjumpai Dajjal, ia akan menyuruh kalian memilih di antara kedua tangannya. Barangsiapa yang memilih tangan kiri Dajjal, Allah akan memberikannya surga. Sementara barangsiapa yang memilih tangan kanan dajjal, itu adalah neraka Allah.”
Lantas kata-kata itu berlanjut dengan penyebabnya. Aku pun jadi tahu, jika tangan kiri Dajjal itu berisi air panas yang mendidih, nanah, api, dan segala sesuatu yang buruk (jika dilihat dengan mata manusia). Tetapi ketika kita memilih tangan kirinya; maka sesungguhnya Allah akan menampakkan wujud sejati dari benda-benda yang mengerikan itu. Sementara tangan kanan Dajjal, yang menampakkan benda-benda mewah nan indah; adalah sebenarnya murka Allah. Orang-orang yang memilih tangan kanan Dajjal, siap-siap saja dengan hidangan nerakaNya.
Dari Hudzaidah bin Al-Yaman radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
اَلدَّجّالُ أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُسْرَى، جَفالُ الشَّعْرِ. مَعَهُ جَنَّةٌ وَنارٌ، فَنارُهُ جَنَّةٌ وَجَنَّتُهُ نَارٌ
“Dajjal itu rusak mata kirinya dan sangat lebat rambutnya. Dia membawa surga dan neraka bersamanya, akan tetapi neraka yang dia bawa sebenarnya adalah surga dan surga yang dia bawa sebenarnya adalah neraka.” (HR. Muslim no. 2934) – sumber di sini.
Mari sedikit merefleksikan hadits-hadits di atas dengan kehidupan kita saat ini. Di Indonesia saja; baru-baru ini muncul adanya kasus pemblokiran situs media Islam, lalu harga-harga bahan pokok naik semua, krisis pemimpin, media yang tak pernah bisa dipercaya, permainan asing dan globalisasi yang ternyata makin membuat kita tak terkendali.
Itu baru contoh umum. Salah satu contoh khususnya adalah ketika para muslimah (terutama yang berjilbab lebar) dalam mencari pekerjaan. Entah mengapa seakan ada peraturan tak tertulis jika ingin mendapatkan posisi yang layak, dihormati, dan bisa diterima oleh semua orang; haruslah dengan penampilan ‘menarik’. Konotasi ‘menarik’ ini diartikan dengan pakaian ketat, atau kalau berjilbab disesuaikan dengan bentuk tubuh, atau pakaiannya menggoda. Sekarang zamannya transparansi, jadi kalau mau tertutup, ya di rumah saja. Ndak usah keluar! Begitu, kan?
Berikutnya, tentang media yang membutakan. Informasinya overload, yang justru akan membuat distraksi-distraksi terhadap pikiran kita. Karena itulah, akhirnya kita nggak bisa mempercayai satu sumber saja. Susahnya lagi, sumber asli yang ditulis oleh para ulama’ salaf banyak yang entah di mana (kecuali Al-Qur’an) dan sulit memperolehnya. Sementara media-media kontemporer begitu gencarnya dan menemui kita setiap detik; dan kita seakan makin hilang kesadaran untuk lebih taqarrub Ilallah (mendekatkan diri kepada Allah). Serangan yang lebih ampuh, bukan, daripada serangan fisik?
Sementara mereka yang memilih membatasi media, lebih banyak beraksi di dunia nyata, dan mungkin saja gaptek, dianggap hilang dari peradaban. Mereka dianggap tersisih dan musnah. Hingga ada pemeo; siapa yang punya informasi, siapa yang menguasai media, maka dialah yang akan menguasai dunia. Oh, tapi tetap tenang saja, apa yang di sisi Allah, lebih baik dari dunia dan seluruh isinya. 😀
Maka, perumpamaan tangan kanan dan tangan kiri itu semakin jelas adanya. Meskipun kita belum tahu siapa sang Dajjal ini, tetapi jika tangannya telah sampai pada kita. Tetap berhati-hati dan waspada.
Nah, kita sudah tahu konsekuensi memilih kedua tangan ini. Jadi, kamu pilih tangan kanan atau tangan kiri?
Mari kita simak nasihat dari Rasulullah tercinta, yang sangat sayang kepada umatnya ini,
Para sahabat Rasullullah s.a.w. bertanya: “Jadi apa yang dimakan oleh orang Islam yang beriman pada hari itu wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Mereka akan merasa kenyang dengan bertahlil, bertakbir, bertasbih dan bertaubat. Jadi zikir-zikir itu yang akan menggantikan makanan.” H.R. Ibnu Majah.
Allahu a’lam bis showaab.