Search

Acatraveler's Diary

which of the favours of your Lord will you deny

Month

May 2015

Kata Mama

Sudah bertahun-tahun yang lalu (sebenarnya sejak 2010), aku minta izin Mama untuk bepergian ke luar negeri. Tentu saja dengan alasan belajar. Tapi, Mama, dengan simpelnya bilang tidak dan mengajukan syarat padaku.

“Kamu harus nikah dulu”

Waduh. Kenapa jadi rumit begini. Ketika aku tanya alasannya, Mama hanya bilang,

“Biar Mama nggak ketanggungan kamu lagi. Biar Mama juga lega mempercayakan kamu sama suamimu,”

Yaweslah, pasrah. Aku tahu, Mama pasti ingin yang terbaik untukku kan. Jadi, ketika aku ditanya teman-temanku,

“Kenapa kamu nggak apply ke luar negeri sih Sa… Kamu bisa kok.”

Jawabanku simpel, disuruh Mama nikah dulu. Beneran kan? Seabrek alasan Mama pun aku curhatkan kepada mereka. Ujung-ujungnya, mereka pun menertawakanku dan memberiku #pukpuk.

Tapi, everything seems to change when I got this email:

image

Alhamdulillah, Juli nanti aku akan berangkat ke National University of Singapore untuk mengikuti kegiatan di atas, yeay! Dan salah satu temanku pun berkomentar menanyakan syarat yang diajukan Mamaku. Aku hanya tersenyum simpul padanya dan mengatakan bahwa aku mengubah strategiku agar tak ditolak pergi ke luar negeri. Haha. Bukti email itu kutunjukkan pada Mama dan yes, beliau nggak bisa menolaknya. Haha.

Tapi, aku baru-baru ini menanyakan, mungkinkah jodohku sudah sangat dekat denganku? Ya ngertilah, doa dan kata ibu itu nggak bisa diremehkan. Lah karena Mama sudah bilang begitu, berarti…. harus siap-siap lah ya. InshaAllah pangeran tampan akan segera datang. Aamiin…

Benarkah? Ditunggu saja kisah selanjutnya.

Kreatif Selamanya!

image

Inilah kali pertama aku menghadiri acara pameran pendidikan dari home schooling students. Selama dua hari, 23-24 Mei ini, IC School menggelar event yang mempertemukan para siswa dan orang tua sekaligus masyarakat umum dalam pameran pendidikan bertajuk KREATIF SELAMANYA.

Akhir April lalu, aku bertemu dengan ibu Ita Guntari di salah satu kopdar bulanan GPS. Beliau adalah kepala sekolah IC School; sekolah yang mengedepankan kecerdasan majemuk para muridnya. Itu lho, konsep kecerdasan majemuk dari Howard Gardner yang menunjukkan 9 potensi manusia di tiap bidangnya. Nah, aku curhat masalah penelitianku yang berhubungan dengan topik itu. Jadi, Bu Ita pun menjelaskan panjang lebar soal implementasi total teori kecerdasan majemuk di IC School dan terakhir, beliau menambahkan bahwa akan ada pameran pendidikan dari Asah Pena Surabaya. It must be very interesting one. 🙂

Voila!

This is it, Kreatif Selamanya!

image
Gelas susun Sparkling Surabaya
image
Motif Korek Api

image

image

Dan yang lebih menakjubkan lagi….

image
Suramadu dari Kertas Semen

Karya terakhir adalah dari olahan kertas semen. Keren kaan…

Ini adalah bukti konkrit bahwa anak-anak home schooling tidak bisa diremehkan. Mereka sama saja seperti anak-anak yang menempuh pendidikan formal di berbagai sekolah di seluruh negeri ini. Mereka berkarya, berprestasi, dan punya masa depan yang cerah.

Well, contoh lainnya adalah keluarga Gen Halilintar. Keluarga dengan kesebelasannya (jumlah putra dan putri) ini melakukan home schooling pada hampir seluruh anak-anaknya. Tapi kerennya, ketika dewasa, mereka diterima di berbagai perguruan tinggi bonafid di penjuru dunia, bukan dengan jalur pendidikam formal.

Duh, sepertinya aku juga akan merencanakan home schooling sama suamiku. Hihi. Kuncinya, sederhana sebenarnya. Menurut penuturan ibunda dari Hanun (11 tahun), orang tua harus bisa memanajemen pendidikan anak-anaknya dan mendampingi mereka dengan kurikulum yang terarah dan yang mampu mengembangkan potensi pada diri mereka.

Pengembangan potensi tiap pribadi adalah keuntungan home schooling yang sangat kurang aksesnya di lembaga pendidikan formal. Pun, orang tua juga lebih mudah menjaga keutuhan keluarga dan rumah tangga. Metode ini layak untuk dijadikan alternatif pendidikan yang menjaga generasi ke depan dari pengaruh buruk lingkungan.

O iya, Kak Seto Mulyadi juga datang lho di acara ini. Seperti biasa, Kak Seto menghimbamu para orang tua agar fokus pada pengembangan pribadi anaknya, bukan pada kekurangan mereka; karena justru kunci sukses itu ada pada potensi unik mereka. Great advice, Kak Seto. Thank you very much..

image

Pukul 3 lewat 15 menit, aku pun pamit pada Ibu Ita sekaligus berterima kasih pada beliau atas terselenggaranya acara ini.
Semoga IC School istiqomah ya dan tambah sukses buat acara ke depannya.

Menjadi Jauh karena Ilmu

Tetiba membuka link di Facebook tentang keilmuan dan aku ngeri lalu istighfar membaca kalimat di bawah ini:

-Pasalnya, amat banyak mereka yang berilmu, tetapi justru menjauhkan dirinya dari Allah Ta’ala. Bahkan, tak sedikit mereka yang berilmu itu menggunakan pengetahuan yang diberikan oleh Allah Ta’ala untuk menentang, mengakali, memanipulasi aturan-aturan-Nya agar sesuai dengan bisikan setan dan bujukan nafsunya.

image

Innalillahi wainnailaihiraajiiuun… Wahai Rabbi, jangan butakan mata hatiku dariMu karena ilmu yang telah Engkau anugerahkan padaku. Rasanya sedih, ketika menilik kembali kejadian beberapa bulan ini. Termasuk dengan kejutan-kejutan konferensi, ke luar negeri, menang ini itu. Diri ini alpa, bahwa semua itu sejatinya adalah ujian.

Wahai Rabbi, jangan Kau berikan aku musibah atas ilmu yang Kau berikan padaku. Saat hati dipenuhi cahaya ilmu dunia, seharusnya akal mengingat bahwa sumber segala ilmu adalah Allah yang diturunkanNya melalui AlQur’an, yang disebarluaskan melalui jalan suci para Rasul, Nabi, dan Ulama’.

Ya Rabbi, ampuni diri ini yang seringkali alpa dan merasa tinggi di hadapanMu dan makhlukMu. Ya Rabbi, jadikanlah ilmu kami membawa keberkahan untuk hidup kami, keluarga, dan masyarakat. Ya Rabbi, selamatkanlah jiwa dan raga kami dari siksa api neraka melalui apa-apa yang sudah kami pelajari.

Maka aku ingin menjadi salah satu di antara mereka,

Mereka inilah orang yang dipilih oleh Allah Ta’ala. Mulanya, mereka berilmu. Kemudian ilmu yang diberikan oleh-Nya ini membuat dirinya semakin takut kepada Allah Ta’ala. Ilmu inilah yang menyelamatkan di dunia dan menyejahterakan kelak di akhirat.

image

I am studying in English Department of Universitas Airlangga, right now. In 3 minths, I would take my specialty major which is divided into 3 parts: linguistics, cultural studies, and literature. In this sophomore, I have to take the introduction course about all of them. Well, I’ve decided that I will choose the cultural studies.

But, I’d like to share a thought in literature major in this posting.

I love reading literature books; fictional ones (since when story books come into non fiction books) lol. I love reading the fairy tales which give me stories about princess and prince who are met by accident or experience sweet and unpredictable adventure, fairies, dwarfs, talking animals, and thousands miracles that could happen inside the story. I admit it that my favorite stories are mostly for children.

That is my enjoy moment! For me, reading fictional stories will be a relaxing time after a bunch of activities. I do not want to think any further explanation why this character does that, why a robber must be killed, or any other conspiration. You know what, this is  totally reversible action from my lecturer’s said in literature classes.

She said, “Reading stories makes you being more human..”
*of course, Ma’am. I had never changed into a semi-human or vampire or animorphs or even zombie*

“…you also reflect your life through the stories…”
*everyone got different stories, I don’t think so*

“…you can also learn from the symbolism and philosophy of the stories.”
*sleepy time*

It really happened to me last semester when I was in Introduction of Literature class for 9 a.m. I was in the first row, under the AC, beside the wall.

Okay, back to the topic. My point is, I read any stories just to entertain me. Some times it’s amazing to know the symbolism or deepest meaning of the stories, but I can’t do it all the time. And I love fairy tales rather than other genres because they are always simple. They are honest, classic, and eternal. Compared to the grown up fictional stories, I found many intrigues, jealousy, and bad stuffs regarding their life’s problems and conflicts. Yes, it can be really happened in a real life, but where’s the point to escape if I read the same stories as mine in the real world?

Another reason why I love fairy tales is I learn that we have separate world, but with some similar features. I realize and I can distinguish that my life is completely different from the stories I read. From this fun fact, I learn that I am not living in fairy world where the stories are likely dreams. I found that I am not a perfect one and I have to try and work hard and pray as strong as I can. Yet, I learn to make a hope in chaotic situation, I learn to believe in the miracles, and I learn that single and eternal power is exist -Allah the Almighty.

So, for me literature is about escaping from real life; it brings me new life and new spirits to walk my life stronger and stronger. It brings me love and beautiful moments, but some times I also can be so influenced that I can’t realize what is actually happening in me. Overall, reading literature does give me pleasure time to improve my life.

Quote of the Leadership Seminar

Leader is the one who can be LOVED to make other people DO what he wants

Galau Mencari Meaning

Versi Rhenald Kasali
@Rhenald_Kasali

KOMPAS.com – Duduk di depan saya dua perempuan muda. Sarjana Hukum lulusan UI. Wajah dan penampilan kelas menengah, yang kalau dilihat dari luar punya kesempatan untuk “cepat kaya”. Asal saja mereka mau bekerja di firma hukum papan atas yang sedang makmur, seperti impian sebagian kelas menengah yang memanjakan anak-anaknya.

Tapi keduanya memilih bergabung dalam satgas pemberantasan illegal fishing yang dipimpin aktivis senior: Mas Achmad Santosa. Dari foto-foto yang ditayangkan Najwa Shihab, tampak mereka tengah mnumpang sekoci kecil mendatangi kapal-kapal pencuri ikan. Dari Ambon, mereka menuju ke Tual, Benjina, dan pusat-pusat penangkapan ikan lainnya di Arafura.

Itu baru permulaan. Sebab, pencurian besar-besaran baru akan terjadi dua-tiga bulan ke depan. Dan mereka, para pencuri itu, datang dengan kapal yang lebih besar. Bahkan mungkin dengan “tukang pukul” yang siap mendorong mereka ke laut menjadi mangsa ikan-ikan ganas.

Uang atau Meaning?

Di luar sana, anak-anak muda lainnya setengah mati cari kerja. Ikut seleksi menjadi calon PNS, pegawai bank, konsultan IT, guru, dosen dan seterusnya.

Seperti kebanyakan kaum muda lainnya, mereka semua didesak keluarga agar cepat mendapat pekerjaan, membantu keuangan keluarga, dan menikah pada waktunya. Cepat lulus, dan dapat pekerjaan yang penghasilannya bagus.

Tak sedikit di antara mereka yang beruntung bertemu orang-orang hebat, dari perusahaan terkemuka, mendapatkan pelatihan di luar negeri, atau penempatan di kota-kota besar dunia.

Tetapi semua itu akan berubah. Sebab atasan yang menyenangkan tak selamanya duduk di sana. Kursi Anda bisa berpindah ke tangan orang lain. Kaum muda akan terus berdatangan dan ilmu-ilmu baru terus berkembang. Bulan madu karier pun akan berakhir. Mereka akan tampak tua di mata kaum muda yang belakangan hadir.

Sebagian dari mereka juga ada yang menjadi wirausaha. Tidak sedikit yang tersihir oleh kode-kode yang dikirim sejumlah orang tentang jurus-jurus cara cepat menjadi kaya raya. Bisa saja mereka berhasil meraih banyak hal begitu cepat. Tetapi benarkah mereka berhasil selama-lamanya?

Pengalaman saya menemukan, orang-orang yang dulu begitu getol mencari uang kini justru tak mendapatkan uang. Di usia menjelang pensiun, semakin banyak orang yang datang mengunjungi teman-teman lama sekedar untuk mendapatkan pinjaman. Sebagian lagi hanya bisa sharing senandung duka.

Kontrak rumah dan uang kuliah anak yang belum dibayar, pasangan yang pergi meninggalkan keluarga dan serangan penyakit bertubi-tubi. Padahal dulu mereka begitu getol mengejar gaji besar, berpindah-pindah kerja demi kenaikan pendapatan.

Saya ingin membeitahu anda nasehat yang pernah disampaikan  oleh Co-Founder Apple: Guy Kawasaki kepada kaum muda ia pernah mengatakan begini: 

“Kejarlah meaning. Jangan kejar karier demi uang. Sebab kalau kalian kejar uang, kalian tidak dapat ‘meaning’, dan akhirnya tak dapat uang juga. Kalau kalian kejar ‘meaning’ maka kalian akan mendapatkan position, dan tentu saja uang.”

Lantas apa itu meaning?

Meaning itulah yang sedang dikerjakan anak-anak perempuan tadi yang saya temui dalam tapping program televisi Mata Najwa edisi hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei beberapa hari ke depan. Menjadi relawan dalam team pemberantas illegal fishing.

Dan itu pulalah yang dulu dilakukan oleh para mahasiswa kedokteran di STOVIA yang mendirikan Boedi Oetomo yang menandakan Kebangkitan Nasional Indonesia. Bahkan itu pula yang dijalankan oleh seorang insinyur lulusan ITB yang merintis kemerdekaan Indonesia, Ir. Soerkarno. Itu pula yang dilakukan para CEO terkemuka saat mereka muda.

Di seluruh dunia, para pemimpin itu lahir dari kegigihannya membangun meaning, bukan mencari kerja biasa. Dalam kehidupan modern, itu pulalah jalan yang ditempuh para miliarder dunia. Mereka bukanlah pengejar uang, melainkan pengejar mimpi-mimpi indah. Seperti yang diceritakan oleh banyak eksekutif Jerman yang dulu menghabidkan waktu berbulan-bulan kerja sosial di Afrika. “Tidak saya duga, apa yang saya lakukan 20 tahun lalu itulah yang diperhatikan pemegang saham,” ujar mereka.

Saya jadi ingat dengan beberapa orang yang mencari kerja di tempat saya, baik di UI maupun di berbagai aktivitas saya. Ada yang benar-benar realistis, datang dengan gagasan untuk membangun meaning dan ada yang sudah tak sabaran mendapatkan gaji besar.

Kelompok yang pertama, sekarang bisa saya sebutkan mereka berada di mana saja. Sebagian sudah menjadi CEO, pemimpin pada berbagai organisasi dan tentu saja wirausaha yang hebat atau Ph.D lulusan universitas terkemuka.

Namun kelompok yang kedua, datang dengan tawaran yang tinggi. Ya, mereka menilai diri jauh lebih tinggi dari kemampuan mereka. Dan tak jarang ada yang diminta berhenti oleh keluarganya hanya beberapa bulan setelah bekerja, demi mencari pekerjaan yang gajinya lebih besar. Amatilah mereka yang baru menikah. Kalau bukan pasangannya, bisa jadi orangtua atau mertua ikut mengubah arah hidup dan merekapun masuk dalam pusaran itu.

Padahal, semua orang tahu orang yang mengejar meaning itu  menjalankan sesuatu yang mereka cintai dan menimbulkan kebahagiaan.  Dan bahagia itu benih untuk meraih keberhasilan. Orang yang mengejar gaji berpikir sebaliknya, kaya dulu, baru bahagia. Dan ini tumbuh subur kala orang dituntut lingkungannya untuk mengkonsumsi jauh lebih besar dari pendapatan.

Sebaliknya, mereka yang membangun meaning, tahu persis, musuh utama mereka adalah konsumsi yang melebihi pendapatan.

Potret Diri

Kalau saya merefleksikan ke belakang tentang hal-hal yang saya jalani dalam hidup saya, maka dapat saya katakan saya telah menjalani semua yang saya sebutkan di atas. Sementara teman-teman yang 30 tahun lalu memamerkan kartu kreditnya (saat itu adalah hal baru bagi bangsa ini), pekerjaan dengan gaji besar, jabatan dan seterusnya, kini justru tengah mengalami masa-masa yang pahit.

Seorang pengusaha besar mengatakan begini: “Uang itu memang tak punya mata, tetapi mempunyai penciuman. Ia tak bisa dikejar, tapi datang tiada henti pada mereka yang meaning-nya kuat.”

Di dinding perpustakaan kampus Harvard saya suka tertegun membaca esay-esay singkat yang ditulis oleh para aplikan yang lolos seleksi. Dan tahukah Anda, mereka semua menceritakan perjalanan membangun meaning. Maka saya tak heran saat Madame Sofia Blake, istri duta besar Amerika Serikat di sini berkunjung ke Rumah Perubahan minggu lalu, ia pun membahas hal yang sama untuk membantu 25 putra-putri terbaik Indonesia agar bisa tembus diterima di kampus utama dunia.

Meaning itu adalah cerita yang melekat pada diri seseorang, yang menciptakan kepercayaan, reputasi, yang akhirnya itulah yang anda sebut sebagai branding. Anda bisa mendapatkannya bukan melalui jalan pintas atau lewat jalur cara cepat kaya.

Meaning itu dibangun dengan cara yang berbeda dari yang ditempuh pekerja biasa. Dari terobosan-terobosan baru. Dan kadang, dari bimbingan orang-orang besar yang memberikan contoh dan mainan baru. Ya, contoh dan mainan itulah yang perlu kita cari, dan terobosan-terobosan yang kita lakukan kelak memberikan jalan terbuka.

Selamat mencoba. Selamat hari Kebangkitan Nasional. Jangan lupa pemuda yang dulu membangkitkan kesadaran berbangsa di negri ini adalah juga para pembangun meaning.

Isra’ Mi’raj

image

Today is the first day for Muhammad PBUH to receive a command of Shalat from Allah.

He walked to Baitul Maqdis and then rode the Buroq to the arsy of Allah. He met the Islamic previous prophets such as Adam, Nuh, Musa, and Isa, he also led the first shalat jamaah in the world. Allah asked the Muslims to have 50 times prayer, but it’s only 5 then until now.

It is a very meaningful journey as an example for all the Muslims to renew their spirit in practicing Islam as the way of life. It’s a story that strengthen us to walk our life with praying and trusting Allah. It’s a proof that with shalat, everything is possible because Allah will help us through that.

May Allah bless us through our shalat.
May Allah accepts our worshipness.

Long WeekEnd

image
4 lil sisters

image

This loong weekend consists of 4 days off and my uncles come to my house, so do my sisters.

We also have a little party to celebrate my birthday and talking on how I make myself to go to the Singapore. Okay… have a nice holiday.

I am Flying

When violet eyes get brighter and heavy wings grow lighter
I’ll taste the sky and feel alive again
you know I’ll forget the world I knew but I swear I won’t forget you
– Owl City –

Alhamdulillah that I have blessed with thousands miracles this year!

After I walked back through the memories; how many times I had to fall, how many times I had to draw my dreams in the silence, how many times I had to cry so hard in the middle of the night, how many times I had to pray silently deep in my heart, how many times I have to deal with all the sorrow, tired, and boring things.

It’s one by one; paid off!

One day in 2013 Students’ Orientation days; I promised myself to be a great mahasiswa. It means, I am not going to be only a bookworm, or only an event planner; but I’m being a truly human through this process in the university.

You know, it’s simply like learning how to fly. For many people, flying can be the greatest ability that human beings don’t have. Well, it’s about flying and firstly of course you have to learn to fly. You can’t just fly away; right? And… remember, everything has its own time. So, before you realize that the time is coming; better you prepare yourself with the training. It should keep you stay alive and safe, just as the lyric above.

After the promise, I set my self to get ready in learning how to fly (this ‘fly’ is only a metaphorical explanation to symbolize my dreams). You know, it’s like reading a book, imitating someone’s pathway, stalking great people’s lives, praying a lot, joining organization, developing network, and so on. I defend myself from being too exhausted and exaggerated. I enjoyed the process. But, many of my friends gave comments, “Why are you always busy? Can’t you go hang out with us just for a while, Annisa? Can’t you go dating with a man?” 

I just replied and smiled, “No, I have to do this and this. There’s no time to do things like that. I am sorry.” They said, “Okay… be careful to not getting a man, then! Hahaha…” I nodded and giggled, “He must be with me in the right time. Bye…”

Recently, it has been 2 years since that time. I realize, I spread my wings easily, and I fly! Yeah, I’m flying. Allah has literally listened to my pray and gave me His blessings! I am granted research funding by DIKTI’s PKM (Students’ Creativity Program), I and my friend will present our paper in IACS this August, I am chosen as a participant of 1st Asian Undergraduate Summit in Universitas Airlangga and National University of Singapore, so on and so on… And I just follow wherever I should go.

Thanks to Allah, my parents, my lovely sis and bro, my big families, my lectureres, my mentors, and my best friends. Without you, those are all impossible to be reached in this sort amount of time.

Well, in the future, this posting will be a reminder for me to keep praying, trying, and flying. Bismillah…

Up ↑